Istana Pasir
Seperti itulah mimpiku. Seperti istana pasir yang baru saja aku bangun di bibir pantai itu. Rapuh dan mudah runtuh. Sebab hanya serpihan-serpihan batu yang bercampur sedikit pecahan-pecahan kulit kerang saja yang jadi tubuhnya. Tanpa kayu, tanpa besi, tanpa semen, juga paku-paku. Maka ketika ombak-ombak kecil tiba-tiba saja berdatangan, sambil menancapkan kukunya di sela-sela kakinya yang berdiri malu-malu. Dia pun akan segera tersungkur, terjatuh. Kemudian kembali menjadi serpihan batu-batu.
Jadi, selamat datang di istana pasirku. Istana kebanggaanku. Yang sengaja aku dirikan di sebuah pulau di mana tak seorang pun tahu, kecuali aku. Tempat dimana aku bisa dengan leluasa merasakan beribu kebahagiaan, yang belum tentu bisa aku dapatkan di dalam istana-istana itu. Oleh karena itu, jika kini aku menunjukkannya kepadamu. Sungguh, itu adalah wujud keinginanku yang menginginkan kamu memahaminya. Selayak kamu memahami suasana di dalam istanamu. Impianmu!.
Sekali lagi, selamat datang di istana pasirku. Masuklah, semoga istana yang sederhana ini tak membuat kamu jadi jemu. Sebab tak ada yang bisa aku jamu, selain beberapa sudut yang masih buntu itu. Jadi maaf,jika tak ada kursi empuk, kumpulan buku-buku, atau hiasan lampu-lampu. Karena segalanya belum berbentuk. Segalanya masih berupa serpihan batu-batu, yang sebentar lagi akan runtuh!.
Jadi, selamat datang di istana pasirku. Istana kebanggaanku. Yang sengaja aku dirikan di sebuah pulau di mana tak seorang pun tahu, kecuali aku. Tempat dimana aku bisa dengan leluasa merasakan beribu kebahagiaan, yang belum tentu bisa aku dapatkan di dalam istana-istana itu. Oleh karena itu, jika kini aku menunjukkannya kepadamu. Sungguh, itu adalah wujud keinginanku yang menginginkan kamu memahaminya. Selayak kamu memahami suasana di dalam istanamu. Impianmu!.
Sekali lagi, selamat datang di istana pasirku. Masuklah, semoga istana yang sederhana ini tak membuat kamu jadi jemu. Sebab tak ada yang bisa aku jamu, selain beberapa sudut yang masih buntu itu. Jadi maaf,jika tak ada kursi empuk, kumpulan buku-buku, atau hiasan lampu-lampu. Karena segalanya belum berbentuk. Segalanya masih berupa serpihan batu-batu, yang sebentar lagi akan runtuh!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar