Sabtu, 24 Januari 2009

Istana Pasir

Istana Pasir


Seperti itulah mimpiku. Seperti istana pasir yang baru saja aku bangun di bibir pantai itu. Rapuh dan mudah runtuh. Sebab hanya serpihan-serpihan batu yang bercampur sedikit pecahan-pecahan kulit kerang saja yang jadi tubuhnya. Tanpa kayu, tanpa besi, tanpa semen, juga paku-paku. Maka ketika ombak-ombak kecil tiba-tiba saja berdatangan, sambil menancapkan kukunya di sela-sela kakinya yang berdiri malu-malu. Dia pun akan segera tersungkur, terjatuh. Kemudian kembali menjadi serpihan batu-batu.
Jadi, selamat datang di istana pasirku. Istana kebanggaanku. Yang sengaja aku dirikan di sebuah pulau di mana tak seorang pun tahu, kecuali aku. Tempat dimana aku bisa dengan leluasa merasakan beribu kebahagiaan, yang belum tentu bisa aku dapatkan di dalam istana-istana itu. Oleh karena itu, jika kini aku menunjukkannya kepadamu. Sungguh, itu adalah wujud keinginanku yang menginginkan kamu memahaminya. Selayak kamu memahami suasana di dalam istanamu. Impianmu!.
Sekali lagi, selamat datang di istana pasirku. Masuklah, semoga istana yang sederhana ini tak membuat kamu jadi jemu. Sebab tak ada yang bisa aku jamu, selain beberapa sudut yang masih buntu itu. Jadi maaf,jika tak ada kursi empuk, kumpulan buku-buku, atau hiasan lampu-lampu. Karena segalanya belum berbentuk. Segalanya masih berupa serpihan batu-batu, yang sebentar lagi akan runtuh!.

Sebab Dia Masih Bernama.....!!


Sebab Dia Masih Bernama......


Dan memang seperti itulah dia. Seperti yang kamu tahu. Saat kamu memeluknya, maka bersiaplah untuk tersenyum dan menangis bersamanya. Sebab dia masih seperti itu. Masih indah namun sekaligus juga menyeramkan. Seperti dulu, saat dia selalu menguasai keseluruhan waktumu. Lalu menerbangkan dan melemparkanmu ke manapun dia mau. Sebab dialah penguasamu. Pemilik rasamu yang memuja dan menghamba kepadanya!.
Maka itu, jika kini dia ada di dalam sebagian dirimu. Tak perlu kau tunjuk siapapun untuk menjadi orang yang kau persalahkan nantinya. Sebab dia ada karena kamu sendiri yang mau. Meskipun sesungguhnya, dia juga telah ada sebelum kamu tahu. Ya, karena dia juga telah mengakar lama di dalam keinginan dan kebutuhanmu.
Untuk membuat diammu menjadi tarian elok. Merubah dinginmu menjadi kehangatan. Membongkar buntumu menjadi jalan nan luas. Lalu membawa dirimu ke taman bunga itu. Taman yang hanya bisa kau lihat di dalam impianmu. Karena seperti itulah dia mengindahkan hidupmu. Seperti dulu, seperti yang kau tahu. Sebab dia masih bernama…cinta!.

blake izal....

Menyentuh Langit Biru



Ada satu hal yang membuat aku berani mengajukan permintaan ini padamu. Yaitu kenangan sewaktu aku bersama dirimu. Dulu, sewaktu kamu berhasil membujukku meninggalkan tempat persembunyianku. Lalu memapahku mendaki puncak gunung Semeru. Menjemput malam, menggapai bintang-bintang. Di tengah hawa yang terasa begitu dingin. Kau pun kemudian mengajakku mengagumi banyak hal yang belum pernah aku selami. Belum pernah mengetuk alam fikirku. Hingga akhirnya aku hanya terpaku, termangu, dan menjadi bisu. Membiarkan kamu untuk tidak terhenti. Sebab aku masih ingin mendengar banyak hal itu berkali-kali lagi. Bahkan sampai detik ini.
Ya, itulah alasanku. Sungguh, sebelum itu, segala yang kulihat memang masih terlalu abu-abu. Buram, dan menyakitkan pandanganku. Membuat kedua telapak tangan ini terus menutupi wajahku. Lalu membenamkan diri di sudut ruangan itu. Karena aku terlalu takut. Takut menatap dunia yang katamu tidak selalu abu-abu. Tapi juga ada merah, kuning ,dan ungu. Mengapa?, sebab sejak dulu, bagiku dunia itu tidak lebih besar dari apa yang aku tahu.
Tapi sayangnya, kamu tetap saja kamu. Selalu merasa tidak pernah tahu. Padahal begitu banyak ilmu yang tersimpan dalam memori otakmu. Berjuta-juta atau bahkan bermilyar-milyar jumlahnya. Yang bila saja kamu tumpukkan, mungkin ketinggiannya dapat membantumu menyentuh langit biru. Ya, langit biru. Tujuan terakhir dalam pengembaraanmu. Oleh karena itu, katakanlah padaku, bahwa kamu bersedia menjadi guruku.
Karena apa salahnya menjadi guru?. Jika katamu ilmu itu tak akan mampu membuat kamu terjatuh. Dan ilmu juga tak akan bisa habis hanya karena kamu menulisnya di atas aliran sungai itu, juga karena kamu terbawa oleh putaran waktu, atau karena kesempatan hidup yang tak lagi berpihak kepadamu. Maka itu, aku akan selalu menunggumu di gubuk itu. Tidak, tidak untuk membawa aku kembali ke puncak gunung Semeru. Tapi untuk mengajak aku menyentuh langit biru!.

puisi neyh





Sekilas aku mengenalnya sebagai Ranum. Anak dari garisan matahari. Saat fajar, di mana semua masih terasa dingin. Dia menyapaku. Hijau, layaknya warna yang terlalu dini. Namun aku bahagia. Sekali lagi…aku bahagia!.
Kamipun berlayar di sungai itu. Dengan rakit-rakit kayu yang begitu rapuh. Mengikuti arus yang amat melenakan. Tapi entah mengapa, kurasakan langkahku melesat terlalu cepat. Meninggalkan Ranum di balik punggungku.
Hingga sempat kulihat dia tertahan. Bergumam dengan hatinya sendiri. Bertanya: ”Apa benar ini yang kau inginkan?”. Sungguh, aku terperanjat!. Ingin rasanya aku berhenti. Namun kaki-kaki kekar hatiku tak mau berhenti. Aku kalah!.
Kutundukkan kepalaku dalam-dalam. Berharap keajaiban datang menggerogoti keputus-asaanku. Dan benar saja, gambaran Ranum tiba-tiba berdiri disampingku lagi. Di atas rakitnya. Mengiringi kembali perjalananku yang hampir tertatih-tatih.
Kembali sudah senyumanku yang sempat sirna. Bersama nyanyian-nyanyian Ranum yang menghiburku. Membuat aku merasa seperti bayi kembali. Dengan mata dan kulit yang masih segar. Saat itu Ranum seakan menjadi ibuku. Tempat aku berharap belaiannya saat menangis.
Dan aku yang bahagia kemudian terus mengembara dengan suka cita. Menembangkan lagu-laguku sendiri untuk Ranum. Biar aku dan dia tahu, bahwa aku mengasihinya. Karena bagiku, hanya dia yang mampu mengeluarkan aku dari sana…dari malam tanpa bulan dan bintang. Dunia yang tak pernah menberikan aku cahaya. Hingga aku buta dan mengagumi diriku sendiri.
Tapi…hari itupun tiba. Dan mengembalikan alam sadarku. Kelak, akupun tahu. Ranum sebenarnya telah lama berhenti. Dia tak lagi berlayar bersamaku. Ranum yang saat aku terpuruk tiba-tiba ada di sampingku, Ranum yang kemudian seakan menjadi ibuku, adalah bukan dirinya. Dirinya yang memperturutkan juga hatinya. Saat itu hanya jasadnya yang menemaniku. Dia mempersembahkannya untukku. Agar aku tak terluka. Namun sungguh, …aku mengerti!.





Pelangi Yang Baru Saja Mati


Akhirnya kita berpisah di sini

Di atas gedung tua ini

Tepat di tempat mana kita biasa meniti warna-warni pelangi

Saat senja, sebelum usai hari ini

Kau pun berlari

Meninggalkan aku yang masih saja berdiri, sendiri

Menggenggami pelangi yang baru saja mati!!









Saat tulang-tulang hatiku mulai patah
Di mana berdiri pun aku tak lagi sanggup
Kurasa akulah Si manusia terbatas
Dengan garis-garis yang bertitik akhir,
kata-kata yang berujung, atau juga perjalanan yang menepi
Sebab aku tak akan mampu mengenali cahaya
Redup, terang, atau sangat terang…semua gelap!
Saat tulang-tulang hatiku mulai patah
Aku akan menelisik kedalam jiwa
Menjadi aku
Yang tak menangis, tak meratap, atau berteriak
Tetapi diam!
Membiarkan sebagian alamku berlarian dan bermain lepas
Di sana, di kehijauan bukit harapan
Yang dikais-kais kaki dan tanganku
Karena aku adalah aku!
Saat tulang-tulang hatiku mulai patah
Dimana tubuhku tetap utuh dan terlihat tegap
Aku ingin membungkuk dalam-dalam
Mengurangi aku yang keterlaluan
Lalu menjenakakan apa-apa yang menamparku
Agar aku lebih aku sampai waktu yang tepat
Sampai dia yang terlahir untukku…
Tiba menemani hidupku!

Senin, 12 Januari 2009

Memperoleh Energi dari Respirasi

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.


Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:
C6H,206 + 6 02
———————————> 6 H2O + 6 CO2 + Energi
(gluLosa)

Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H
20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap :

1. Glikolisis.
2. Daur Krebs.
3. Transpor elektron respirasi.

1. Glikolids:
Peristiwa perubahan :
Glukosa
Þ Glulosa - 6 - fosfat Þ Fruktosa 1,6 difosfat Þ
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat
Þ Asam piravat.
Jadi hasil dari glikolisis :
1.1. 2 molekul asam piravat.
1.2. 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi
tinggi.
1.3. 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.

2. Daur Krebs (daur trikarbekdlat):
Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam piravat secara aerob menjadi CO
2 dan H2O serta energi kimia

3. Rantai Transportasi Elektron Respiratori:
Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.

Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan hewan tingkat tinggi.

Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

PROSES
AKSEPTOR ATP

1. Glikolisis:
Glukosa
——> 2 asam piruvat 2 NADH 2 ATP
2. Siklus Krebs:
2 asetil piruvat
——> 2 asetil KoA + 2 C02 2 NADH 2 ATP
2 asetil KoA
——> 4 CO2 6 NADH 2 PADH2
3. Rantai trsnspor elektron respirator:
10 NADH + 50
2 ——> 10 NAD+ + 10 H20 30 ATP
2 FADH2 + O2
——> 2 PAD + 2 H20 4 ATP

Total 38 ATP

Kesimpulan :
Pembongkaran 1 mol glukosa (C
6H1206) + O2 ——> 6 H20 + 6 CO2 menghasilkan energi sebanyak 38 ATP.